Pages

Jumat, 10 Desember 2010

Rasa Takut

Napoleon Hills menulis bahwa rasa takut dapat menjadi kanker dalam hidup kita jika kita membiarkan menguasai diri Kita:

“Rasa takut dapat melumpuhkan nalar Anda, menghancurkan kemampuanuntuk berimajinasi, membunuh kemandirian Anda, menghancurkan antusiasme Anda, membuat Anda gentar untuk mengambil inisiatif, membuat Anda tidak yakin dengan tujuan Anda, membuat menunda – nunda pekerjaan, membuat Anda tidak dapat menguasai diri. Rasa takut juga dapat menghilangkan pesona dari kepribadian seseorang, menghancurkan kemungkinan untuk berpikir secara akurat,  dan mengalihkan konsentrasi dari tujuan Anda . Selain itu, rasa takut juga dapat menguasai kegigihan, mengubah kekuatan menjadi ketiadaan, dan mengundang kegagalan dalam bentuk apapun. Rasa takut dapat membunuh cinta dan menghancurkan emosi yang kita rasakan dalam hati, merusak persahabatan, dan mengundang malapetaka dalam bentuk apa pun. Rasa takut membuat kita sulit tidur, sedih, dan tidak bahagia. Semua ini terjadi di dunia yang memiliki segala sesuatunya tanpa ada rintangan, kecuali kurangnya kemapuan untuk menentukan tujuan yang pasti.”
Sudahkah Kita menang atas rasa takut kita?

Tanggung Jawab = Responsibility

Hingga sekarang ini, kemungkinan besar orang memiliki persepsi yang sama dalam pemahaman arti kata “Tanggung Jawab”. Bahkan Saya sendiri pun merasa bahwa pemaknaan dari kata Tanggung Jawab itu adalah sesuatu yang memberatkan diri kita. Pemahaman saya mengenai tanggung jawab adalah beban, sesuatu yang kita bawa dan memberi tekanan.

Pemahaman tersebut saya peroleh dari label kata dari “Tanggung Jawab” itu sendiri. “Tanggung” yang menurut saya adalah sesuatu yang harus dipangku, dibawa, suatu beban, atau semacamnya. Sedangkan “Jawab” adalah sesuatu yang mendesak untuk dipikirkan, dipenuhi dan diberikan timbal baliknya. Entah dari mana pemikiran saya itu berasal tetapi paradigma yang terbentuk dari kata Tanggung Jawab, memang terasa seperti itu.

Masih teringat jika kita ditanya seperti ini, “Kamu, kemari, apa kamu siap bertanggung jawab atas semua ini?”. Maka yang terlintas bahwa saya sedang ditegur, ditekan untuk melakukan suatu hal yang belum tentu saya siap terima. Dan reaksi kita yang muncul pada saat ditekan atau dalam kondisi dibawah tekanan adalah menjadi cemas, dan kemudian bersiap – siap untuk lari dan menjauhkan diri dari tekanan tersebut. Sulit untuk dipungkiri, alam bawah sadar kita membentuk sikap atau bertindak seperti itu.

Menurut Brian dan Sangeeta Mayne dalam “Life Mapping”, kebanyakan orang berpendapat bahwa tanggung jawab berarti “kewajiban”.  Nyatanya, teguran, tekanan, ataupun kewajiban merupakan label yang sering dikaitkan dengan “Taggung Jawab”. Menariknya, kata – kata tersebut memunculkan pengalaman dan perasaan terbebani dan dibatasi  -- seolah – olah kita tidak punya pilihan lain. Ini disebut sindrom “wajib”.

Tanggung Jawab dalam bahasa Inggris adalah Responsibility, dimana berasal dari kata Respons, yang secara harfiah berarti kemampuan untuk memilih respons (The Ability to Choose Your Response).

Kita, manusia, mampu untuk memilih respons, kepada setiap hal – hal yang terjadi dalam hidup kita. Inilah kebebasan tertingi kita sebagai manusia. Dalam mengaktualisasikan diri, kita hidup dengan kemampuan tertinggi kita yaitu memilih, menentukan langkah, menjadi penentu bagi diri kita sendiri, yang merupakan hak paling dasar pada diri kita.

Kita dihadapkan dengan situasi – situasi yang terjadi pada diri kita sendiri, yang akhirnya diatur untuk kembali pada “Tanggung Jawab” kita kepada hidup kita masing – masing. Namun kesalahan yang umumnya terjadi, kita merasa frustasi atau terbebani dengan situasi – situasi tersebut. Kita tidak menyadari bahwa itu adalah hak kita untuk memilih respon yang terbaik terhadap situasi – situasi hidup kita sendiri. Entah situasi yang terjadi adalah baik atau buruk, Kita selalu diberikan pilihan untuk memberikan respons yang terbaik.

Kita mungkin tidak selalu bisa memenuhi apa yang diharapkan dalam hidup kita, karena pada dasarnya, situasi dan kondisi yang terjadi dalam hidup tidak dapat diatur secara keseluruhan oleh diri kita. Akan tetapi, jika kita memahami siklus aktualisasi, kita bisa bertindak berdasarkan umpan balik (feed back) dari setiap situasi – situasi hidup yang ada dan memilih respons yang berbeda. Dengan kita bersikap untuk memilih respons yang baik atau positif terhadap situasi – situasi hidup tersebut, maka akan memberikan hasil – hasil yang baik atau positif pula. Berbeda hal, jika kita sudah memberi label “Tanggung jawab” tadi dengan tekanan dan beban, kemungkinan perasaan untuk lari dan mejauhkan diri dari tekanan tersebut akan ada, setidaknya pada saat kita menjalani “Tanggung Jawab” tersebut kita membawa perasaan negatif yang memberikan dampak “hasil yang kurang maksimal”, terlebih ada ketidak-puasan dalam diri kita akan apa yang kita jalani karena terseret rasa terbebani tadi.

Keseluruhan siklus ini merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan pembelajaran alamiah kita. Tanggung Jawab – kemampuan memilih respons kita – artinya, kita benar – benar bebas untuk belajar dari semua kesuksesan dan kegagalan kita, dari hal – hal yang berjalan baik maupun hal – hal yang berjalan buruk.

So, siapkah kita untuk ber-tanggung jawab (untuk hidup dan diri kita sendiri)?